AdSense

Monday, 8 June 2015
0 komentar

HEAT PUMP

10:52:00

Heat pump adalah alat yang dgunakan untuk medistribusikan udara dengan suhu tertentu kesuatu tempat. Heat Pump merupakan sistem Air Conditioning yang dapat diatur menjadi dua mode, yaitu cooling mode dan heating mode dengan cara membalik arah sirkulasi refrigeran. Heating Pump dapat diaplikasikan pada sistem pendinginan udara dan sistem pemanasan air pada suatu gedung contohnya penggunaan heating pump di hotel, yang pada saat heat pump beroperasi pada cooling mode digunakan sebagai pendingin ruangan dan pada saat heating mode heat pump berfungsi sebagai pemanas air. Temperatur yang dihasilkan oleh kerja heat pump dapat disesuaikan dengan pengaturan yang diinginkan.
Ketika heat pump beroperasi pada cooling mode diusahahan diaplikasikan pada ruangan yang luas. Hal itu dikarenakan daya kompresor yang dibutuhkan sangat besar.
 Heat pump banyak digunakan pada daerah yang memiliki perbedaan suhu yang signifikan antara ruang dalam dengan suhu lingkungan luar. 

Berikut adalah contoh pembuatan laporan praktikum Heat pump







Laporan Paktikum Heat Pump



Daftar Isi

          Daftar isi…………………………………………………………………..                 1
I
OBYEK dan TUJUAN

1.1
Obyek ………………………………………………………………………
2
1.2
Tujuan ……....................................................................................................
2



II
PEMAHAMAN TEKNOLOGI

2.1
Skema Sistem Refrigerator .………………………………………………..
3
2.2
Parameter, Variabel, Konstanta, dan Alata Ukur ……..................................
4
2.3
Rumus-rumus Terpakai …………………………………………………..
6



III
DATA

3.1
Primer/Pengukuran ………………………………………………………
7
3.2
Kompilasi ………………………………………………………………..
8



IV
ANALISIS

4.1
Kesetimbangan Kalor (Proses Thermodinamika) ………
10
4.2
Performansi Sistem Refrigeran ………………………
13



V
KESIMPULAN
15



DAFTAR PUSTAKA
0,5 hal


Lampiran A: Journal Praktikum Sistem Refrigerator (Original)
1 hal
Lampiran B: Spesifikasi Teknis R12
1 hal
Lampiran C: Konversi Sistem Satuan
1 hal



I.                   OBYEK dan TUJUAN

2.1  OBYEK
Heat Pump adalah sistem Air Conditioning yang dapat diatur menjadi dua mode, yaitu cooling mode dan heating mode dengan cara membalik arah sirkulasi refrigeran. Heating Pump dapat diaplikasikan pada sistem pendinginan udara dan sistem pemanasan air pada suatu gedung contohnya penggunaan heating pump di hotel, yang pada saat heat pump beroperasi pada cooling mode digunakan sebagai pendingin ruangan dan pada saat heating mode heat pump berfungsi sebagai pemanas air. Temperatur yang dihasilkan oleh kerja heat pump dapat disesuaikan dengan pengaturan yang diinginkan.
Ketika heat pump beroperasi pada cooling mode diusahahan diaplikasikan pada ruangan yang luas. Hal itu dikarenakan daya kompresor yang dibutuhkan sangat besar.

2.2   TUJUAN
1.      TUJUAN UMUM :
Mengidentifikasi performansi kerja sistem Heat Pump
2. TUJUAN KHUSUS :
1. Mengenal dan memahami sistem peralatan heat pump.
2. Mengidentifikasi komponen penyusun sistem dan mekanisme kerja heat pump
3. Mengenal siklus refrijeran/fluida kerja maupun fluida yang ditangani (obyek) pada setiap modul heat pump.


  
II.                PEMAHAMAN TEKNOLOGI

2.1  Skema Sistem Heat Pump
a

Gambar 1.1 Skema Sistem Heat Pump


Gambar 1.2 Skema siklus refrigeran pada Heat Pump-Cooling Mode

Adapun komponen yang dibutuhkan pada sistem heat pump adalah sebagai berikut:
a.    Refrigeran
Untuk terjadinya suatu proses pendinginan diperlukan suatu bahan yang mudah dirubah fasanya dari gas menjadi cair atau sebaliknya (refrigeran) untuk mengambil panas dari evaporator dan membuangnya di kondensor. Syarat-syarat refrigeran adalah:
a.       Tidak beracun dan tidak berbau menyengat
b.      Tidak dapat terbakar atau meledak bila bercampur dengan udara, minyak pelumas dan sebagainya
c.       Tidak menyebabkan korosi terhadap bahan logam yang dipakai pada sistem pendingin.
d.      Mempunyai titik didih dan tekanan kondensasi yang rendah.
e.       Mempunyai panas laten penguapan yang besar,
f.       Konduktivitas thermal tinggi
g.       Viskositas dalam fase cair maupun fase gas rendah, agar tahanan aliran refrigeran dalam pipa sekecil mungkin.
Terdapat banyak refrigeran, antara lain R11, R12, R13, R21, R22, R113, R114, dll. Untuk Heat Pump menggunakan R12.

b. Kompresor
Kompresor adalah suatu alat mekanis yang berfungsi untuk menghisap  refrigeran dari evaporator dalam fase gas. Kemudian menekan (mengkompres) refrigeran, dengan demikian suhu dan tekanan refrigeran akan menjadi lebih tinggi. Kompresor atau pompa hisap tekan berfungsi mengalirkan refrigeran ke seluruh sistem pendingin. Sistem kerjanya adalah dengan cara mengubah tekanan sistem sehingga refrigeran dapat berpindah dari sisi bertekanan tinggi ke sisi bertekanan rendah.

c. Kondensor
Kondensor berfungsi sebagai tempat refrigeran melepas kalor ke air (karena media pendinginannya dengan air). Kondensor adalah alat untuk membuat kondensasi refrigeran dari kompresor dengan suhu tinggi dan tekanan tinggi. Refrigeran di dalam kondensor akan melepaskan kalor yang kemudian diserap oleh air. Kondensor diletakkan antara kompresor dan expansi valve. Kondensor diletakkan di luar ruangan yang sedang didinginkan agar dapat membuang panasnya ke luar kemudian akan diserap zat yang mendinginkan refrigeran.

d. Evaporator
Evaporator atau sering juga disebut boiler, freezer, froster, cooling coil, chilling unit, dan lain-lain. Fungsi dari evaporator adalah untuk menyerap panas dari udara atau benda yang berada di dalam mesin pendingin dan mendinginkannya. Di evaporator, refrigeran akan menyerap kalor benda atau zat yang akan didinginkan.
Evaporator fungsinya kebalikan dari kondensor, yaitu tidak membuang panas kepada udara di sekitarnya, tetapi untuk mengambil panas dari udara di dekatnya. Kondensor ditempatkan di luar ruangan yang sedang didinginkan, sedangkan evaporator ditempatkan di dalam ruangan yang sedang didinginkan. Kondensor terletak pada sisi tekanan tinggi, yaitu diantara kompresor dan expansion valve. Evaporator terletak pada sisi tekanan rendah, yaitu diantara expansion valve dan kompresor.



e. Katup Ekspansi
Alat ini digunakan untuk mengatur jumlah cairan refrigeran yang masuk ke dalam evaporator. Alat ini terletak diantara evaporator dan kondensor. Refrigeran yang keluar dari kondensor mempunyai suhu dan bertekanan tinggi. Sedangkan refrigeran yang masuk ke dalam evaporator harus memiliki suhu dan tekanan rendah. Oleh karena itu, untuk menurunkan suhu dan tekanan tinggi ini diperlukan suatu alat ekspansi.



2.2  Parameter, Variabel, Konstanta dan Alat Ukur
Ada beberapa parameter yang terdapat di dalam sistem heat pump, yaitu temperatur, tekanan, laju volume.
Ø  Tekanan mempunyai satuan bar yang diukur menggunakan pressure gauge. Dalam sistem heat pump tekanan refrigeran diukur di 4 titik. Yaitu pada titik refrigeran masuk ke kompresor (P1) dan titik refrigeran keluar dari kompresor (P2), titik refrigeran masuk katup expansi (P3) dan titik refrigeran keluar dari evaporator (P4).
Ø  Temperatur mempunyai satuan °C yang diukur menggunakan thermocouple. Pada pengujian Heat Pump-Cooling Mode suhu diukur pada 14 titik yang terdiri dari :
v  7 titik suhu refrigeran yakni refrigeran masuk ke kompresor (T1), refrigeran keluar dari kompresor (T2), refrigeran keluar kondensor (T6), refrigeran keluar dari heat exchanger (T7),(T3),(T5), refrigeran keluar dari evaporator (T4).
v  2 titik suhu air yakni air masuk ke kondensor (T10) dan air keuar dari kondensor (T9)
v  4 titik suhu udara yakni udara kering (T13) dan udara basah (T14) yang masuk ke evaporator dan udara kering (T11) dan udara basah (T12) yang keluar dari evaporator.
Ø  Laju volume air mempunyai satuan L/menit yang diukur menggunakan flowmeter.
Ø  Laju volume refrigeran mempunyai satuan L/menit dan hanya diukur pada 1 titik saja, yaitu pada titik setelah heat exchanger dan sebelum katup expansi

Terdapat 2 variabel dalam sistem ini, yaitu fan speed control dan laju volume air. Fan speed control akan diubah menjadi 3 macam kecepatan yakni kecepatan 1, 2 dan 3. Sedangkan laju volume air akan disetting menjadi 8 L/menit, 7 L/menit, 6 L/menit, dan 5 L/menit.


  

2.3  Rumus-rumus Terpakai
Adapun rumus yang kami gunakan dalam pengujian heat pump-cooling mode adalah sebagai berikut:

No
Parameter
Rumus
Unit
Note
1.
Kalor Udara
Q udara  = ṁ  udara x ∆h

Q = kJ
ṁ = kg/s
h  = kJ/kg
Q = Kalor
ṁ = Laju   Aliran Massa
h  = Enthalpy
2.
Kalor Kondensor
Q cond = ṁ ref  x (h2-h3)
Q = kJ
ṁ = kg/s
h  = kJ/kg
Q = Kalor
ṁ = Laju   Aliran Massa
h  = Enthalpy
3.
Kalor Evaporator
Q evap = ṁ ref  x (h1-h4)
Q = kJ
ṁ = kg/s
h  = kJ/kg
Q = Kalor
ṁ = Laju   Aliran Massa
h  = Enthalpy
4.
Kalor Air
Q air = ṁ air x cp x (T1-T2)
Q = kJ
ṁ = kg/s
cp =
T   = °c
Q = Kalor
ṁ = Laju   Aliran Massa
cp = 4.187
T    = suhu
5.
Kerja Kompresor
W comp = ṁ ref  x (h2 - h1)
W = kW
ṁ = kg/s
h  = kJ/kg
W = Kerja
ṁ = Laju   Aliran Massa
h  = Enthalpy
6.

Coefisien of performance

COP =
Q = kJ
W = kW

Q = Kalor
W = Kerja

Tabel 1.1 Rumus – rumus yang digunakan untuk mengkompilasi data operasional heat pump

Kemudian konversi satuan dari setiap parameter yang kami gunakan dalam sistem heat pump adalah sebagai berikut:

Parameter
Satuan
Konversi satuan
Tekanan
1 bar
105 Pascal
Suhu
1°C
33,80 F
Laju volume
1        L/menit
0,0167 L/sekon

Tabel 1.2 konversi satuan parameter



III.             DATA

3.1  Data Primer/pengukuran
Berikut ini merupakan tabel operasional dari hasil pengujian sistem heat  pump yang kami dapatkan adalah sebagai berikut:



Tabel 1.3.1 Data Operasional hasil pengukuran heat pump-cooling mide pada ύw 8 l/min dan 5 l/min


Tabel 1.3.2 Data Operasional hasil pengukuran heat pump-cooling mide pada ύw 7 l/min


Tabel 1.3.3 Data Operasional hasil pengukuran heat pump-cooling mide pada ύw 6 l/min



3.2  Data Kompilasi
Setelah menyelesaikan data operasional, kami mencari data kompilasi berdasar pada rumus yang sudah kami gunakan. Adapun tabel kompilasi tersebut adalah sebagai berikut:



Tabel 1.4 data kompilasi sistem heat pump-cooling mode pada ύwater 8 l/min dan 5 l/min



Tabel 1.4 data kompilasi sistem heat pump-cooling mode pada ύwater 7 l/min




Tabel 1.4 data kompilasi sistem heat pump-cooling mode pada ύwater 6 l/min








BAB IV

ANALISIS

4.1 Kesetimbangan kalor (proses thermodinamika)
Dalam suatu peralatan sistem pendingin dapat diketahui performansi berdasarkan kerja kompresor dan kalor yang diserap oleh refrigeran di evaporator. Yang mana besarnya COP berbanding lurus dengan kalor yang diserap oleh refrigeran di evaporator dan berbanding terbalik dengan kerja kompresor. COP ini dapat dibandingkan dengan ṁ-udara yang ditampilkan pada grafik 1.1 sampai 1.4


Grafik 1.1 Perbandingan COP dengan ṁ-udara pada ύwater 8 L/menit

Berdasarkan grafik 1.1, jika Fan Speed Control pada posisi 3, ṁ air menunjukkan angka 0.41dan COP 3.13, pada posisi 2  ṁ air menunjukkan angka 0.62 dan COP 3.13, pada posisi ṁ air menunjukkan angka 0.83 dan COP 3.00
Jadi, apabila fan speed control di turunkan, maka ṁ air akan cenderung meningkat. Tetapi COP akan cenderung menurun jika fan speed control di turunkan. Sehingga laju aliran massa udara berbanding terbalik dengan COP.

  



Grafik 1.2 Perbandingan COP dengan ṁair pada ύwater 7 L/menit

Berdasar pada grafik 1.2, diketahui pada ύwater  7 L/menit dengan fan speed control 3 didapatkan ṁair 0,45 kg/s, untuk fan speed control 2 dan 1 didapatkan ṁair 0,62 kg/s dan 0,82 kg/s. Dilihat berdasarkan ύwater  7 L/menit, ṁair-nya semakin meningkat bila fan speed controlnya dikecilkkan.
COP yang dihasilkan oleh Heat Pump-cooling mode, pada ύwater  7 L/menit dengan speed control 3, 2 dan 1 adalah 3,08; 3,04; dan 2,92. Semakin fan speed controlnya dikecilkan maka COP yang dihasilkan semakin mengecil. Maka fan speed control dengan COP berbanding lurus.
Dapat disimpulkan berdasarkan ύwater  7 L/menit, COP dan ṁair berbanding terbalik dikarenakan semakin besar ṁair maka COP yang dihasilkan semakin mengecil.



Grafik 1.3 Perbandingan COP dengan ṁair pada ύwater 6 L/menit

Berdasarkan diagram di atas bahwa, jika Fan Speed Control pada posisi 3, ṁ air menunjukkan angka 0.44 dan COP 2.48, pada posisi 2  ṁ air menunjukkan angka 0.62 dan COP 2.48, pada posisi ṁ air menunjukkan angka 0.82 dan COP 2.48
.           jadi pada laju aliran massa water 6liter/menit ini hanya menunjukan peningkatam laju aliran massa air apabila fan speed control diturunkan dan pada COP cenderung konstan.
  


Grafik 1.4 Perbandingan COP dengan ṁair pada ύwater 5 L/menit
            Berdasarkan diagram di atas bahwa, jika Fan Speed Control pada posisi 3, ṁ air menunjukkan angka 0.41dan COP 2.80, pada posisi 2  ṁ air menunjukkan angka 0.62 dan COP 2.80, pada posisi ṁ air menunjukkan angka 0.83 dan COP 2.75
.           Jadi apabila fan speed control di turunkan, maka ṁ air akan cenderung meningkat. Tetapi COP akan cenderung menurun jika fan speed control di turunkan. Sehingga laju aliran massa udara berbanding terbalik dengan COP.
           





4.2 Performansi Sistem Refrigeran



Gambar 1.3 Diagram P-h pada ύwater 8 L/menit

Gambar 1.3 menjelaskan tentang siklus refrigerasi yang terjadi pada ύwater 8 L/menit dengan pengaturan fan speed control 3, 2, dan 1. Pada siklus tersebut terjadi beberapa titik yang diakibatkan oleh kerja komponen refrigerator, titik tersebut adalah 1, 2, 3, dan 4. Secara berurutan pengaturan fan speed control 3, 2 dan 1 mempunyai masing-masing nilai dari parameter tekanan, temperature dan entalpi. Pengaturan fan speed control dimulai dari 3 yang menghasilkan nilai dari masing-masing parameter berdasarkan titik opesari. Pada titik 1 terjadi pada tekanan 1,1 Bar dan temperatur refrigeran 23 C karena kerja evaporator menyerap kalor dari udara luar sehingga terbentuk entalpi 370 KJ/s. Pada titik 2 terjadi pada tekanan 8.8 Bar dan temperatur refrigerant 106C karena kerja compresor memampatkan uap refrigerant sehingga terbentuk entalpi 418 KJ/s. Pada titik 3 terjadi pada tekanan 8,2 Bar dan temperatur refrigerant 35 C karena kerja kondensor sehingga terbentuk entalpi 220 KJ/s. Pada titik 4 terjadi pada tekanan 1,1 Bar dan temperature -28 C karena kerja katup ekspansi sehingga terbentuk entalpi 220 KJ/s. Begitu juga pada pengaturan fan speed control 2 dan 1 dapat diketahui nilai masing-masing tekanan, temperature dan entalpi berdasarkan tabel kompilasi.



 Gambar 1.4 Diagram P-h pada ύwater 7 L/menit
Gambar 1.3 menjelaskan tentang siklus refrigerasi yang terjadi pada ύwater 7 L/menit dengan pengaturan fan speed control 3, 2, dan 1. Pada siklus tersebut terjadi beberapa titik yang diakibatkan oleh kerja komponen refrigerator, titik tersebut adalah 1, 2, 3, dan 4. Secara berurutan pengaturan fan speed control 3, 2 dan 1 mempunyai masing-masing nilai dari parameter tekanan, temperature dan entalpi. Pengaturan fan speed control dimulai dari 3 yang menghasilkan nilai dari masing-masing parameter berdasarkan titik opesari. Pada titik 1 terjadi pada tekanan 1,1 Bar dan temperatur refrigeran 22 C karena kerja evaporator menyerap kalor dari udara luar sehingga terbentuk entalpi 370 KJ/s. Pada titik 2 terjadi pada tekanan 8.9 Bar dan temperatur refrigerant 108 C karena kerja compresor memampatkan uap refrigerant sehingga terbentuk entalpi 418 KJ/s. Pada titik 3 terjadi pada tekanan 8,4 Bar dan temperatur refrigerant 36 C karena kerja kondensor sehingga terbentuk entalpi 222 KJ/s. Pada titik 4 terjadi pada tekanan 1,1 Bar dan temperature -28 C karena kerja katup ekspansi sehingga terbentuk entalpi 222 KJ/s. Begitu juga pada pengaturan fan speed control 2 dan 1 dapat diketahui nilai masing-masing tekanan, temperature dan entalpi berdasarkan tabel kompilasi.

Gambar 1.5 Diagram P-h pada ύwater 6 L/menit


Gambar 1.6 Diagram P-h pada ύwater 5 L/menit

Gambar 1.6 menjelaskan tentang siklus refrigerasi yang terjadi pada ύwater 5 L/menit dengan pengaturan fan speed control 3, 2, dan 1. Pada siklus tersebut terjadi beberapa titik yang diakibatkan oleh kerja komponen refrigerator, titik tersebut adalah 1, 2, 3, dan 4. Secara berurutan pengaturan fan speed control 3, 2 dan 1 mempunyai masing-masing nilai dari parameter tekanan, temperature dan entalpi. Pengaturan fan speed control dimulai dari 3 yang menghasilkan nilai dari masing-masing parameter berdasarkan titik opesari. Pada titik 1 terjadi pada tekanan 1,2 Bar dan temperatur refrigeran 22 C karena kerja evaporator menyerap kalor dari udara luar sehingga terbentuk entalpi 370 KJ/s. Pada titik 2 terjadi pada tekanan 9.6 Bar dan temperatur refrigerant 111 C karena kerja compresor memampatkan uap refrigerant sehingga terbentuk entalpi 420 KJ/s. Pada titik 3 terjadi pada tekanan 9.1 Bar dan temperatur refrigerant 39 C karena kerja kondensor sehingga terbentuk entalpi 420 KJ/s. Pada titik 4 terjadi pada tekanan 9,1 Bar dan temperature -27 C karena kerja katup ekspansi sehingga terbentuk entalpi 222 KJ/s. Begitu juga pada pengaturan fan speed control 2 dan 1 dapat diketahui nilai masing-masing tekanan, temperature dan entalpi berdasarkan tabel kompilasi.



BAB V
KESIMPULAN

Heat Pump merupakan salah satu aplikasi sistem pendingin dimana terdapat 3 fluida yaitu refrigerant,air dan udara. Pada saat kompilasi, di kondensor mengalami penurunan tekanan dikarenakan laju aliran air yang masuk ke kondensor terlalu besar. Semakin tinggi kalor yang diserap refrigerant di evaporator dan semakin rendah kerja kompresor maka semakin baik COPnya karena COP berbanding lurus dengan kalor yang diserap refrigerant di evaporator dan berbanding terbalik dengan kerja kompresor.




DAFTAR PUSTAKA

Kusuma Goerge, 2013, Modul Ajar HVAC vol. 3, Jurusan Permesinan Kapal, PPNS
National Refrigerants, 2004, Refrigerant Reference Guide 4th edition










Konversi Sistem Satuan
1. Konversi Satuan Temperatur
T K = ) T ⁰C + 273
2. Konversi Satuan Waktu
n menit = n . 60 detik
3. Konversi Satuan Volum
n L = n . 10-3 m3
4. Konversi Satuan Aliran Volum
n L/min =  m3/s
5. Konversi Satuan Tekanan
1 bar = 407,2 InWg = 10.342, 88 mmWg


                                         

0 komentar:

Post a Comment

 
Toggle Footer
Top